Kamis, 06 Oktober 2011

Market Terdorong Isu Rekap Bank Eropa dan QE AS

INILAH.COM, Jakarta – Rupiah mendarat di teritori negatif meski IHSG menguat tajam. Pasar beralih ke bursa saham karena ekspektasi tidak adanya quantitative easing (QE) tahap tiga dan bank-bank di Eropa bakal direkapitalisasi.

Periset dan analis PT Monex Investindo Futures Ariana Nur Akbar mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh minimnya sentimen dari dalam negeri. Menurutnya, sepanjang hari ini belum ada sentimen positif yang bisa mendongkrak pergerakannya.

Di sisi lain, pelaku pasar saat ini cenderung fokus ke bursa saham akibat valuasi saham yang rata-rata saat ini sudah murah. "Karena itu, sepanjang perdagangan, setelah rupiah mencapai level terkuatnya 8.850, kembali mencapai level terlemahnya 8.930 dari posisi pembukaan 8.800 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (6/10).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (6/10) ditutup melemah 10 poin (0,11%) ke level 8.910/8.930 per dolar AS dari posisi kemarin 8.900/8.910. Ariana menjelaskan, pergerakan rupiah hari ini cenderung stabil terhadap dolar AS. Padahal dilihat dari pergerakan indeks dolar AS sebenarnya masih melemah.

Pasalnya, menurut Ariana, pasar mengasumsikan akan adanya Quantitative Easing (QE) tahap ketiga. Tapi, asumsi itu justru ditakutkan mengecewakan pasar. "Sebab, pasar melihat QE ketiga itu kemungkinan tidak ada," timpalnya.

Alhasil, investor cenderung wait and see sehingga menjadi tekananan bagi dolar AS. Hanya saja, situasi ini juga tidak membuat rupiah menguat dibandingkan kemarin. Sebab, pelaku pasar cenderung beralih ke bursa saham.

Stabilnya rupiah di level 8.900-an juga karena Bank Indonesia masih mengantisipasi agar rupiah tidak melemah hingga di atas 9.000. "Selama rupiah masih di bawah level ini, BI terus mengawasinya agar tidak terjadi nilai tukar rupiah di atas 9.000," imbuhnya.

Dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS melemah ke level 78,823 dari sebelumnya 78,961.

Terhadap euro, lanjutnya, dolar AS melemah ke level US$1,3373 dari sebelumnya US$1,3352 per euro. "Penguatan euro, mendapat dukungan dari Presiden Komisi Uni Eropa Jos Manuel Barroso yang menyatakan, Bank Sentral Eropa akan merekapitalisasi bank-bank di Eropa," imbuh Ariana.

Dari bursa saham, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, posisi indeks HangSeng memang ditutup di atas resistance pertama. Bahkan, retracement 50% sudah terlewat. Akan tetapi, karena posisi penutupannya masih tipis di bawah gap 17.179-17.502, signal positifnya masih terlihat belum terlalu kuat.

Dengan posisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) yang ditutup menguat 149,87 poin (4,55%) ke level 3.443,106, Satrio mengungkapkan hal itu hanya menahan posisi saja. Sebab, untuk profit taking juga tidak ada sinyal bearish.

Sementara untuk menambah nambah posisi, signal bullishnya tidak terlalu kuat. Harga saham-saham juga sudah banyak yang mendekati retracement 50% (atau malah tipis di atasnya). Untuk punya posisi baru, sepertinya memang sangat berisiko. “Sore ini saya hanya bisa nahan posisi dengan posisi portofolio 80% dari ekuitas saya,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar